Potretlawas |
Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)--sebelumnya bernama Gerakan Wanita Indonesia Sedar (Gerwis)-mengadakan kongres pertama di Jakarta, Desember 1951. Dalam kongres tersebut, Umi Sarjono terpilih sebagai ketua umum. Namun ia memilih mengundurkan diri dan menyerahkannya kepada Suwarti Bintang, anggota PKI.
Umi menjadi wakil ketua, bersama Trimurti. Baru pada kongres kedua tahun 1954, ketika terpilih lagi, dia mau menerimanya, yang menurut Saskia Eleonora Wieringa dalam buku Penghancuran Gerakan Perempuan seperti dilansir Historia, berarti sayap feminis berhasil menahan tekanan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tak ada perubahan signifikan atas perubahan ini. Gerwani kerap menyelenggarakan kursus pemberantasan buta huruf, membangun sekolah, serta menangani masalah perempuan buruh dan petani. Umi Sarjono percaya berorganisasi adalah alat perjuangan yang penting. Politik bukan hanya wilayah laki-laki.
Salah satu sikap Gerwani adalah menentang poligami, isu yang sudah menjadi kontroversi sejak kongres perempuan pertama tahun 1928. “Kami menentang, dan kami putuskan tidak hanya menentang, tapi juga melaksanakannya dalam organisasi. Tidak boleh ada orang poligami. Kalau ada yang poligami kita nasehati, supaya nyingkir dulu. Jangan mimpin!”
Persoalannya jadi lain ketika Sukarno mengawini Hartini pada 1962. Gerwani bergeming saja. Gerwani, seperti ditunjukkan Saskia, berusaha menjaga hubungan harmonis antara Sukarno dan Partai Komunis Indonesia.
Tahun ini, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memiliki gagasan serupa dengan Gerwani. Ketua Umumnya Grace Natalie mengatakan jika kelak PSI lolos di parlemen, langkah yang akan PSI lakukan adalah memperjuangkan diberlakukannya larangan poligami bagi pejabat publik di eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta Aparatur Sipil Negara. "Kami akan memperjuangkan revisi atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang memperbolehkan poligami," kata Grace, Selasa, (11/12).
Grace beralasan, saat ini masih banyak perempuan yang mengalami ketidakadilan. Berdasarkan hasil riset LBH APIK poligami menyebabkan ketidakadilan, perempuan disakiti hingga membuat anak-anak menjadi terlantar.
"Riset itu menyimpulkan bahwa pada umumnya, praktik poligami menyebabkan ketidakadilan, perempuan yang disakiti dan anak yang ditelantarkan," ujar Grace.
Advertisement
EmoticonEmoticon