Founder Indonesia Halal Watch (IHW), Ikhsan Abdullah,
menanggapi isu nampan impor asal Tiongkok yang digunakan dalam program Makan
Bergizi Gratis (MBG). Ia menegaskan, persoalan yang muncul bukan pada bahan
utama nampan, melainkan proses produksinya yang melibatkan minyak babi.
“Sebenarnya bukan food grade atau nampannya yang mengandung
babi. Tapi proses akhirnya dari pembuatan food grade itu yang menggunakan
minyak babi,” kata Ikhsan dalam keterangannya, Rabu (3/9/2025).
Menurutnya, dalam tahap akhir produksi, nampan stainless
steel dicelupkan ke minyak berbasis lemak babi agar tidak mudah berkarat dan
tidak saling bergesekan. “Minyak babi itu paling efektif dan murah. Itu hasil
temuannya,” jelasnya.
Ikhsan menilai, temuan ini harus menjadi peringatan bagi
pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat untuk menegakkan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH). “UU itu mengatur bahwa
semua produk yang beredar wajib bersertifikat halal. Tidak terkecuali produk
food grade,” tegasnya.
Lebih jauh, ia mempertanyakan kebijakan impor nampan dari
Tiongkok, padahal industri dalam negeri mampu memproduksi produk serupa.
“Kenapa tidak menggunakan produk yang sejenis yang diproduksi oleh masyarakat
kita? Wong bikin kapal saja bisa kok, masak ompreng saja mesti beli di China,”
ujarnya.
Menurutnya, jika diproduksi di dalam negeri, bukan hanya
standar halal yang lebih mudah dijaga, tetapi juga memberi dampak ekonomi
berantai. “Dengan memproduksi ompreng di sini, tenaga kerja terserap, orang
memperoleh nafkah, bisa membeli beras, petaninya juga hidup. Ada multiplier
effect. Ini yang tidak dipikirkan. Kita terburu-buru,” pungkas Ikhsan.
Sebelumnya, Indonesia Business Post (IBP) merilis laporan
investigasi di kawasan industri Chaoshan, Provinsi Guangdong, Tiongkok, yang
disebut sebagai lokasi produksi ompreng untuk pasar global, termasuk diduga
untuk Program MBG.
Laporan IBP mengungkap 30–40 pabrik memproduksi ompreng
dengan dugaan praktik pemalsuan label “Made in Indonesia” dan logo SNI. Selain
itu, ditemukan penggunaan bahan stainless steel tipe 201 yang diduga mengandung
mangan tinggi dan tidak cocok untuk makanan asam. Investigasi itu juga
menyoroti indikasi penggunaan minyak babi atau lard dalam proses produksi.[]
EmoticonEmoticon