Majalah Kartini |
Saya dan banyak lagi anak bangsa ini yg menyebut Ibu dengan panggilan Emak.
Kami bangga dg sebutan Emak.
Lagi pula apa bedanya Emak dg Ibu?
Apakah kalau dipanggil Emak, perempuan lantas jadi kehilangan kehormatannya?
Bagi saya sebagai seorang penulis, Emak dan Ibu sama perkasa dan tangguh dg tugas mulia.
Kemudian saat ini yg dibutuhkan perempuan, Emak dan Ibu bukan panggilan tsb.
Begitu banyak yg harus kami urus dan utamakan.
Mulai dari harga sembako, lauk pauk, dana sekolah sampai urusan BPJS yg kacau balau.
Belum masalah KDRT yg membekas seumur hidup, spt yg pernah saya alami.
Alhasil, Ibu Ketua Kowani yg menolak sebulan the power emak emak, mendingan juga bantu kami mendapatkan kehidupan kayak.
Tinimbang beri sambutan yg bikin kerut kening saking anehnya.
Seperti tidak ada urusan penting lainnya saja, lah kok hanya sebutan Emak dan Ibu saja di permasalahan?
Kalau Ibu Ketua kurang kerjaan, sini Bu saya undang ke tengah Barisan Emak Emak Militan Indonesia.
Kita bahas segala dukalara, perjuangan kaum perempuan di era rezim sekarang, Kuy!
Sudah begitu saja.
Dari Emak Militan Indonesia, Sastrawati dan Aktivis 212.
Salam Emak ya Bu!
Jakarta, 16 September 2018
Pipiet Senja
Advertisement
1 komentar:
Remponk amat masalahin panggilan emak2..lha sok2an pdhl dirumah manggilnya emak atau embok..sudah lagi kerjain aj kerjaan yg lebih bermanfaat mau manggil apapun ke orgtua kita yang penting panggilan itu sopan..mau emak.ibu.embok.umi.bunda apalah panggilan itu..karna setiap daerah berbeda2 panggilannya untuk ibunya..knapa selalu mencari2 masalah ga pernah menghargai segala perbedaan..kmrn masalahin azan.jilbab sama konde.skrg panggilan emak..besok apalg???
EmoticonEmoticon