Musibah jatuhnya pesawat kembali terjadi. Kali ini menimpa maskapai singa terbang Lion Air JT610 di perairan Karawang.
Bergegas setelah dapat info tersebut saya menuju rumah Capt Hervino yang menjadi salah satu korban. Rumah beliau kebetulan tidak begitu jauh. Suasana ramai dengan pentakziah dan wartawan. Terlihat duka di wajah istri beliau dan keluarga.
Capt Hervino ini memiliki 3 orang anak yang masih kecil-kecil usia SD dan TK. Si Sulung nampaknya sudah paham dengan kondisi tersebut. Namun dia memilih untuk diam, hanya sesekali ada airmata mengalir di wajah mungilnya. Sementara Si Tengah masih terlihat berlari-larian dengan wajah riang. Sesekali keluar kalimat "Kenapa sih pesawat ayah harus jatuh?" Semua yang mendengar tertunduk sedih dan sulit menjawab pertanyaan tersebut.
Dia tak paham apa yang sedang terjadi namun justru sikap merekalah yang membuat yang hadir menjadi pilu. Alhamdulillahnya ada bantuan terapi trauma healing dari pihak maskapai dan rekan korban.
Di kamar Sang istri yang adalah salah satu murid taklim saya, terlihat lebih tabah. Di hari kedua saya sempatkan kembali ke rumahnya dan melakukan sholat berjamaah bersama beliau. Alhamdulillah lebih menerima dibanding hari pertama. Kesedihan yang amat sangat saya maklumi sebab memang belum ada info resmi yang menyatakan jasad sang suami ditemukan.
Pada setiap musibah Allah memiliki rencana yang indah bagi yang menerimanya dengan tabah dan tawakal. Hanya memang tidak mudah .. sungguh tidaklah mudah untuk sabar pada guncangan pertama seperti yang dikatakan oleh Kanjeng Rasul.
Oleh: Mas Farlina Limar Wangi
Advertisement
EmoticonEmoticon